Tampilkan postingan dengan label Internet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Internet. Tampilkan semua postingan
Natasha
Weibo tidak tertandingi di China sejak Twitter diblokir.
Kamis, 3 Maret 2011, 00:37 WIB
Muhammad Chandrataruna
Twitter (youngstownfire.com)

VIVAnews - Popularitas situs mikroblog China terus melejit. Saat ini, layanan yang menyerupai Twitter namun berbahasa lokal (China) mencatat 100 juta pengguna, demikian dilansir Sina, portal web infotainment terbesar di China.

Layanan bernama Weibo itu diluncurkan bulan Agustus 2009 silam. Hari ini, ia menjadi mikroblog terbesar di negara tirai bambu itu. Dengan jumlah 100 juta pengguna, layanan tersebut diperkirakan telah dipakai oleh 13,8 persen total pengguna Internet di China. Seperti diketahui, ada sekitar 457 juta pengguna Internet di China.

"Kami berhasil membangun situs mikroblog Weibo ke dalam platform media terbesar (Sina) dan paling berpengaruh sosial di China," kata CEO Sina, Charles Chao, dalam keterangan tertulis. Demikian dikutip VIVAnews dari PC World, Kamis 3 Maret 2011.

Weibo saat ini tercatat sebagai situs terbesar keempat yang paling sering dikunjungi. Sama halnya dengan Twitter, ia juga memfasilitasi penyebaran link-link berita dan media. Tetapi tahun ini, Sina berencana meningkatkan popularitas Weibo dengan membuatnya menjadi inti strategi pertumbuhan baru perusahaan.

"Mungkin sekitar pertengahan tahun ini, kami harap Sina sudah dapat berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan. Namun demikian, monetisasi Weibo belum menjadi prioritas di tahun ini," jelas Chao.

Sina juga berencana untuk meremajakan wajah Weibo di pertengahan tahun nanti.

Jika dibandingkan Twitter, Sina memang masih jauh ketinggalan. Twitter hari ini membukukan lebih dari 200 juta pengguna di seluruh dunia. Tetapi, situs berlogo burung berkicau itu diblokir di China karena terlibat dalam kerusuhan etnis yang terjadi di negari tirai bambu itu pada tahun 2009. Hal ini lah yang kemudian membuat situs-situs mikroblog lokal tandingan, seperti Weibo, muncul dan langsung lepas landas.

Dalam beberapa minggu terakhir, Weibo juga menjadi sorotan oleh pemerintah China lantaran sering muncul kata pencarian seperti "Mesir" dan "Hillary Clinton" dalam website tersebut.
Natasha
IE9, yang dirilis Senin lalu, telah diunduh 2,35 juta kali dalam 24 jam pertama.
Kamis, 17 Maret 2011, 15:14 WIB
Muhammad Chandrataruna
Ilustrasi Internet Explorer (VIVAnews)

VIVAnews - Browser terbaru besutan Microsoft, Internet Explorer (IE) 9 versi Final akhirnya dirilis 14 Maret 2011 lalu. Meski ranah browser sudah dihuni oleh banyak pemain seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, Opera, Safari, dan beberapa browser kecil lain, nampaknya IE masih diminati.

Hal ini bisa dilihat ketika ketika Microsoft meluncurkan IE9 versi Beta sekitar akhir September tahun lalu. Sambutan pasar cukup baik, di mana perusahaan yang berkantor di Redmond itu mencatat ada sekitar 2 juta kali unduh dalam 48 jam pertama.

Padahal, ketika itu IE9 bisa dibilang belum "matang". Bagaimana jika Microsoft benar-benar menghadirkan versi Final atau versi matangnya? Sesuai ramalan, jumlah unduh IE9 versi Final meledak.

IE9, yang dirilis Senin lalu, telah diunduh 2,35 juta kali dalam 24 jam pertama. Jika dirata-ratakan, ada sekitar 98.000 kali unduh selama satu jam atau 27 kali unduh per detik.

"Kami ingin berterima kasih pada seluruh orang di dunia atas antusiasme mereka dengan mengunduh IE9," kata Ryan Gavin, direktur senior IE, yang dikutip VIVAnews dari Mashable.com, Kamis 17 Maret 2011.

Jika dibandingkan dengan browser lain, pencapaian IE9 ini tidak terlalu mengesankan. Mozilla Firefox masih belum tertandingi untuk soal rekor. Dalam beberapa jam setelah dirilis, Firefox 3.5 mencatat lebih dari 1 juta kali unduh pada tahun 2009. Sebelumnya, Firefox 3.0 diunduh 8 juta kali dalam waktu 24 jam. Rekor IE9 masih jauh di belakang Firefox.

Lantas apa yang ditawarkan Microsoft dengan browser terbarunya? IE versi terbaru mendukung HTML5, yakni tampilan antarmuka yang diperbarui, serta fungsi anti-jejak. Selain itu, ia juga mendukung Direct2D, DirectWrite untuk mempercepat kinerja grafis, dan beberapa fitur tambahan pada CSS3 serta strandarisasi SVG2.

Fitur-fitur baru itu diklaim Microsoft mampu membuat IE9 lebih 'ngebut' dan ringan. Jika penasaran, Anda bisa mengunduhnya melalui www.beautyoftheweb.com.
Natasha
Hampir separuh remaja usia 12 tahun di Amerika Serikat menggunakan situs jejaring sosial.
Kamis, 24 Maret 2011, 15:59 WIB
Muhammad Firman

Hampir separuh dari seluruh remaja berusia 12 tahun di Amerika Serikat menggunakan situs jejaring sosial. Padahal, usia minimal untuk mendaftar adalah 13 tahun. (digiactive.org)

VIVAnews - Mozelle Thompson, Chief Privacy Adviser Facebook menyebutkan, situs jejaring sosial itu membatalkan keanggotaan hingga 20 ribu pengguna Facebook per harinya. Langkah ini diambil untuk menyingkirkan mereka yang tidak memenuhi syarat yakni 13 tahun ke atas.

Angka 13 tahun tersebut merupakan batas usia minimal yang diperkenankan sistem untuk melakukan pendaftaran. Namun demikian, sistem itu tidaklah sempurna karena tidak ada mekanisme untuk mendeteksi apakah anak-anak melakukan pendaftaran dengan usia palsu.

“Ada banyak orang yang berbohong. Banyak yang masih di bawah 13 tahun namun mendaftar ke Facebook,” ucap Thompson, seperti dikutip dari Associated Press, 24 Maret 2011.

Sebagai gambaran, dari penelitian terakhir, hampir separuh dari seluruh remaja berusia 12 tahun di Amerika Serikat menggunakan situs jejaring sosial, dan masalah privasi khususnya pengguna usia muda di Facebook belakangan ini menjadi sorotan.

Awal bulan ini, Al Franken, anggota parlemen dari partai Demokrat di Minnesota, Amerika Serikat menuliskan surat protes ke Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer Facebook. Ia meminta siuts jejaring sosial itu merombak pengaturan keamanannya.

“Dalam kebijakan Facebook saat ini, 13 juta pengguna berusia di bawah 18 tahun boleh membagikan informasi pribadi mereka seperti pengguna dewasa,” tulis Franken.

Pengguna usia muda ini, kata Franken, sangat rentan terhadap penjahat yang memanfaatkan Internet atau khususnya Facebook dan seharusnya mereka tidak boleh membagikan nomor telepon dan alamat rumah pada siapapun,” ucapnya.

Namun demikian, angka yang disebut Franken belumlah menggambarkan jumlah pengguna Facebook yang sebenarnya berusia di bawah 13 tahun. Seperti diketahui, situs jejaring sosial dan situs lain yang populer di kalangan anak-anak mengatasi masalah tersebut dengan cara yang berbeda.

Sebagai contoh, MySpace, juga mewajibkan penggunanya berusia 13 tahun ke atas. Namun sama seperti Facebook, ia tidak punya mekanisme untuk melakukan verifikasi terhadap usia pendaftar.

Disney.com memungkinkan anak berusia 12 tahun ke bawah menjelajahi situs itu dan mengumpulkan informasi seputar anak-anak tersebut sebelum mereka diperkenankan untuk berpartisipasi dalam kompetisi, misalnya.

Situs Yahoo beda lagi. Ia tidak memperkenankan anak berusia 12 tahun ke bawah melakukan pendaftaran tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Tetapi sama seperti Disney, mereka hanya membatasi informasi yang digunakan untuk berpartisipasi dalam kompetisi atau fitur interaktif serupa lainnya.
Natasha
Aksi protes massa di Mesir dinyalakan oleh jejaring media sosial Twitter dan Facebook.
Minggu, 6 Februari 2011, 08:20 WIB
Indra Darmawan
Demonstrasi anti Mobarak di Mesir (AP Photo/Tara Todras-Whitehill)

VIVAnews - "Internet tidak jalan, kendaraan-kendaraan polisi terbakar." Pesan yang beredar di dunia maya itu menyeruak di tengah senyapnya informasi langsung dari Mesir.

Itu bukanlah pesan yang dikirim lewat situs jejaring mikroblog Twitter, atau pesan instan di Internet maupun di layanan BlackBerry. Bukan juga pesan pendek dari ponsel. Itu adalah pesan yang dikirim melalui saluran radio amatir menggunakan kode morse.

Lewat saluran frekuensi 7080 kHz, pesan itu diterima oleh Telecomix, sebuah organisasi yang berbasis di Eropa yang telah malang-melintang dalam mengadvokasi keterbukaan Internet di tengah berbagai konflik, termasuk di Tunisia, Iran, China, dan negara-negara lainnya.

Jumat itu, 28 Januari 2011, Negeri Seribu Menara memang tengah dilanda bencana maya. Pipa Internet yang biasa menyalurkan lalu-lalang informasi bagi lebih dari 80 juta pengguna Internet di sana, lumpuh tiba-tiba.

'Kicauan' warga Mesir di Twitter tak terdengar lagi. Aktivitas Facebooker mendadak lesu. Menurut firma pemantau trafik Internet, Renesys, antara tengah malam hingga Jumat pukul 01.00 waktu setempat, lalu-lintas Internet Mesir anjlok hingga 93 persen.

Belakangan diketahui, bahwa penyedia-penyedia internet (ISP) terbesar Mesir: Vodafone–Raya, Telecom Egypt, Link Egypt, Etisalat Misr, dan Internet Egypt, ramai-ramai menyetop layanan mereka. Penyebabnya satu: instruksi dari pemerintah Mesir.

Renesys menganalisa, pemblokiran itu melibatkan penutupan terhadap 3.500 rute Border Gateway Protocol (BGP) oleh para penyedia Internet di sana. Padahal rute BGP adalah salah satu bagian terpenting pada teknologi Internet. Ulasan Renesys selengkapnya, klik di sini.

Rute itu diperlukan, agar jaringan milik penyedia Internet bisa membuat jalur untuk melewatkan paket-paket data dalam komunikasi Internet. Hanya satu dari 10 penyedia internet Mesir yang tak terimbas, yakni ISP bernama Noor Data Networks.

Mungkin, yang menjelaskan kenapa jaringan Internet Noor tetap menyala, karena jaringan ini melayani bursa saham Mesir. Beberapa perusahaan multinasional seperti Fedex, Toyota, dan Coca Cola, juga menggunakan jaringan ini.

Mesir hanya bisa terhubung dengan Internet, menggunakan akses broadband atau dial-up melalui jaringan satelit, atau akses dial-up ke penyedia Internet (ISP) luar negeri, yang berarti menggunakan tarif telepon internasional. Akses-akses ini sudah tentu tidak terjangkau oleh kebanyakan rakyat Mesir.

Senasib dengan Internet, jaringan ponsel, layanan SMS, BlackBerry Messenger pun mengalami hal serupa sejak Jumat pagi. Praktis hanya jaringan telepon kabel yang masih beroperasi di Mesir.

Pemblokiran Internet sengaja ditempuh Presiden Hosni Mubarak untuk membendung mobilisasi demonstran turun ke jalan menuntut pengunduran dirinya. Apalagi, saat itu para pengunjuk rasa memang berencana menggelar unjuk rasa terbesar selama beberapa tahun terakhir, selepas Salat Jumat.

Selama ini, demonstran yang telah memulai aksinya sejak 25 Januari 2011, memang memanfaatkan jejaring sosial Facebook dan Twitter untuk mendukung aksi-aksi mereka. Maka, pada hari pertama unjuk rasa, Mesir langsung memblokir Facebook dan Twitter. Toh, langkah itu tak kuasa membungkam para demonstran.

Para aktivis mampu menerobos blokade itu dengan memanfaatkan aplikasi ponsel serta aplikasi pihak ketiga, memanfaatkan situs-situs proxy (situs-situs perantara yang tidak diblok), menggunakan software khusus, atau mengunjungi Faceboook dan Twitter lewat jaringan Virtual Private Network yang terproteksi.

Menurut situs penelusur tren Twitter, Trendistic, topik #Jan25 dan #Egypt justru mulai mengalami lonjakan pada hari di mana  pemerintah menerapkan blokir internet. Trafik dengan topik tersebut bahkan semakin memuncak pada 29 Januari, saat aksi menginjak hari keempat. Lengkapnya, lihat di sini.

Mesir sebenarnya bukanlah salah satu negara dengan jumlah pengguna Facebook yang besar. Menurut situs pemeringkat Facebook, CheckFacebook, hanya ada sekitar 5,2 juta pengguna Facebook di Mesir dari total 80,5 juta pengguna Internet di negeri itu. Bandingkan dengan Indonesia yang memiliki 34,5 juta pengguna Facebook, dari total pengguna Internet yang hanya sekitar 45 juta.

Para pengamat pun terbelah dalam memandang peran media sosial dalam pergolakan Mesir. Ethan Zuckerman, salah satu pendiri media jurnalisme warga, Global Voices Online, mengatakan bahwa peningkatan suhu politik Tunisia dan Mesir lebih banyak terkait dengan tekanan kemiskinan dan perilaku diktator rezim yang berkuasa di sana, ketimbang peran media sosial.

Sementara Jared Cohen yang bekerja untuk Google Ideas, sebuah lembaga think thank baru milik Google, berpendapat lain. Cohen yang sempat bekerja bagi penasehat utama Clinton, pada 2009 pernah menelepon dan membujuk pimpinan Twitter untuk menunda penghentian sementara layanan Twitter dalam rangka perawatan sistem, agar para pengunjuk rasa Iran yang saat itu sedang turun ke jalanan di Teheran agar tetap bisa berkoordinasi satu sama lain melalui Twitter. "Tidak ada yang bisa menyamai revolusi Twitter," kata Jared, bersemangat.


Faktanya, tak dapat dipungkiri bahwa peran Facebook dalam upaya penggalangan dukungan dalam gerakan oposisi ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Salah satu elemen penting penggagas unjuk rasa pada 25 Januari lalu adalah Gerakan Pemuda 6 April.

Ini gerakan di Facebook yang dibikin Ahmed Maher dan Ahmed Salah sejak tahun 2008, yang memiliki lebih dari 70 ribu pendukung. Kelompok yang didukung para blogger dan jurnalis ini beberapa kali menggelar unjuk rasa untuk menuntut pembebasan wartawan yang ditahan selama konflik Israel dan Palestina di Jalur Gaza pada 2008-2009.

Anehnya, kabel diplomatik AS yang dibocorkan Wikileaks mengatakan bahwa AS mengesampingkan gerakan ini sebagai gerakan di luar oposisi mainstream, dan menuduh tujuan gerakan ini untuk demokrasi tidaklah realistis. Pada 6 April 2009, kelompok ini juga diserang oleh sejumlah polisi berpakaian preman. Beberapa tokohnya ditahan aparat.

Motor gerakan 25 Januari 2011 yang lain adalah juga kelompok Facebook, yang menamakan dirinya sebagai ‘We are All Khaled Said’. Khaled Said adalah pemuda 28 tahun yang tewas dianiaya polisi Mesir setelah mengunggah video yang memperlihatkan polisi membagi-bagi narkotika hasil sitaan.

Gerakan ini langsung menuai simpati dari banyak kalangan. Baru didirikan sekitar enam bulan, kini anggotanya sudah mencapai ribuan orang. Siapa pendirinya belum diketahui. Dia hanya menggunakan nama maya ElShaheed.

Menurut aktivis Mesir Esraa Abdel Fatah yang juga dikenal dengan nama maya Facebook Girl, dia mengenal ElShaheed sejak bekerja sama dalam aksi pada 2008 silam. ”Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya,” kata Abdel Fatah.

Belum lama ini majalah terkemuka Newsweek sempat mewawancarainya.  ElShaheed mengungkapkan kekuatan Facebook bagi gerakan anti rezim Hosni Mubarak ini. “Beberapa video yang kami publikasikan bisa ditonton di dinding orang lebih dari 30 ribu kali. Ini adalah kekuatan sebuah virus. Sekali ditularkan, tidak bisa dihentikan,” ujarnya kepada Newsweek.
Namun demikian, ElShaheed juga berhati-hati. Pengalaman terdahulu menunjukkan setiap kali ada seruan unjuk rasa, anggota kelompok ini melupakan komputer dan langsung turun ke jalan. ElShaheed berusaha menjaga regularitas aktivitas anggotanya di dunia maya dengan berbagai kegiatan--menggelar jajak pendapat, meminta saran, atau posting selebaran elektronik.

“Tugas saya adalah menjaga motivasi orang, memberikan informasi, dan menyemangati mereka untuk menjadi bagian dari gerakan. Tak sekadar melaporkan kegiatan itu saja,” katanya. Tentang identitasnya yang tetap disembunyikan, ElShaheed berkomentar singkat. “Saya sebisa mungkin berusaha untuk tetap anonim. Tentu saja saya tetap takut,” katanya, jujur.

Di saat koneksi Internet di Mesir mati, tentu kegiatan di laman Facebook Gerakan Pemuda 6 April dan Khaled Said mendadak sepi. Saat itulah Al Jazeera memainkan peranan yang tak kalah besar dibandingkan media sosial.

Saat pemerintah Mesir berusaha mengacak sinyal TV satelit milik Al Jazeera, jaringan TV yang bermarkas di Qatar itu menemukan cara untuk menembus sensor, yakni dengan memanfaatkan metoda frequency-switching untuk mengirimkan informasi kepada para pemirsa. Tak hanya itu, Al Jazeera juga mengumumkan frekuensi yang bisa dimanfaatkan para penonton di Mesir agar bisa ditonton. Al Jazeera kemudian juga bisa diakeses pula melalui jaringan milik saluran TV pesaing lain di Arab.

Tak heran bila di mana-mana, dari supermarket hingga ke tempat tukang jahit, saluran TV yang dinyalakan adalah Al Jazeera. "Yang unik dari Al Jazeera—setuju atau tidak—ini adalah saluran TV satelit Arab pertama yang memungkinkan orang Arab berbicara dengan bebas tanpa filter tentang rezim-rezim represif di Arab," kata Jeannie Sowers, pengamat politik Timur Tengah dari University of New Hampshire, kepada Scientific American.

Dunia internasional pun tak tinggal diam melihat saluran Internet Mesir yang mati. Selain upaya Telecomix mendengarkan pesan yang disampaikan melalui saluran radio amatir, hacker Anonymous, dan pihak-pihak dari Eropa memberikan beberapa nomor telepon di luar Mesir--beberapa di antaranya bebas pulsa (toll-free)--sehingga rakyat Mesir bisa menikmati Internet melalui modem dial-up dengan sambungan telepon internasional.

Selain itu, beberapa aktivis juga membuat sebuah situs proxy (penghubung) agar warga Mesir bisa tetap mengakses Internet melalui saluran telepon kabel dalam negeri. Google dan Twitter juga bekerja sama menyediakan layanan "speech to tweet" yang memungkinkan warga Mesir mem-post tweet dengan cara meninggalkan rekaman pesan suara mereka melalui jaringan telepon kabel.

Rabu, 2 Februari 2011, sepekan lebih sehari, sejak aksi pertama kelompok oposisi dilakukan, layanan Internet Mesir akhirnya kembali pulih. Setelah Hosni Mubarak berjanji tak akan lagi mencalonkan diri pada pemilu mendatang, penyedia-penyedia layanan Internet Mesir mengembalikan koneksi pada pukul 11.29 waktu Kairo.

Namun, perjuangan belum berakhir. Kelompok oposisi tetap menghendaki kemakzulan Mubarak secepat mungkin. Di jalanan, korban berjatuhan baik di kalangan demonstran maupun di pihak pendukung bayaran Mubarak.

Di dunia maya pun, pertempuran belum usai. Setelah Internet normal kembali, para hacker Anonymous kembali membombardir situs-situs milik pemerintahan. Mereka mengincar situs Kementerian Informasi Mesir dan situs Partai Nasional Demokrat. Bahkan situs resmi Presiden Yaman juga ikut menjadi sasaran.

Sementara itu, Gerakan Pemuda 6 April dan Kelompok Khaled Said terus menggalang dukungan di Facebook. ElShaheed bertekad akan terus mendukung perjuangan di ranah maya hingga revolusi berhasil mencapai tujuannya. “Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi ke depan— termasuk Mubarak,” katanya.

Bila perjuangan berakhir, ElShaheed berjanji tak akan mengungkap jati diri aslinya. “Ini bukan perjuangan milik saya pribadi. Ini bukan mengenai saya, tapi ini mengenai rakyat Mesir." katanya.

• VIVAnews
Natasha
Anggotanya kini nyaris 200 juta. Mereka memposting lebih dari semiliar tweet/minggu.
Selasa, 22 Maret 2011, 08:10 WIB
Indra Darmawan

Corat-coret konsep awal Twitter oleh Jack Dorsey  


VIVAnews - "Just setting up my twttr." Kalimat tersebut adalah tweet pertama di jagat Twitter, yang dibuat oleh salah satu pendiri jejaring mikroblog itu, Jack Dorsey.
Tweet itu dibuat Dorsey lima tahun lalu pada pukul 12.50 waktu Pacific Daylight Time, 21 Maret 2006, atau pukul 03.50 dini hari 22 Maret 2006 waktu Indonesia bagian barat.
Setelah menginjak usia kelima, timeline Twitter telah menjelma menjadi sumber arus informasi yang terus mengalir, mengabarkan berita terbaru, opini, serta ajang interaksi dari jutaan orang dari berbagai belahan dunia.
Kini Twitter tak sekadar menjadi sebuah tool penting bagi sebuah perusahaan untuk beriklan dan memasarkan produk, namun juga menjadi alat komunikasi yang sangat dibutuhkan di saat-saat genting, seperti ketika gempa dan tsunami di Jepang yang lalu.
Seakan tak pernah absen menemani penggunanya, Twitter hadir di berbagai peristiwa, mulai dari 'sekadar' peristiwa ringan seperti final Indonesian Idol, hingga peristiwa-peristiwa penting seperti tragedi Mumbai, bom Kuningan, hingga revolusi Mesir.
Tweet pertama di Twitter oleh pendirinya, Jack DorseySejak tweet pertama Dorsey tadi, kini Twitter telah mencatat hampir 200 juta pendaftaran anggota, yang memposting lebih dari semiliar tweet setiap pekannya. Dengan 400 awak karyawan, layanan berbasis teks 140 karakter itu telah mencatat 140 juta angka rata-rata tweet per hari, bulan lalu.
Setidaknya, ketika Dick Costolo menggantikan Co-founder Twitter Evan Williams sebagai Chief Executive Officer pada Oktober 2010, ia telah merumuskan ide yang jernih tentang peran Twitter, yakni: "Secara instan menghubungkan orang di manapun mereka berada, untuk memberi manfaat yang paling berarti bagi mereka."
Sebagaimana dilansir oleh Guardian, pastinya Costolo juga sadar betul bahwa saat ini 40 persen tweet berasal dari perangkat ponsel. Twitter sendiri mencatat peningkatan jumlah penggunanya yang menggunakan ponsel, hingga 182 persen, selama tahun lalu.
Dengan sekitar 5,3 miliar jumlah pengguna ponsel di seluruh dunia, serta jangkauan jaringan selular yang mencapai 90 persen di seluruh dunia, Twitter memiliki potensi yang jauh melebihi siapapun, termasuk Google, Facebook, atau bahkan Microsoft dengan Windows-nya.

• VIVAnews
Natasha
Alex Miller menemukan cacat di memori saat browser Firefox dijalankan.
Senin, 25 Oktober 2010, 17:07 WIB
Indra Darmawan
Alex Miller, dengan hadiah cek US$3000 dari Mozilla (San Jose Mercury News)

VIVAnews - Juli lalu, Mozilla secara terbuka sempat mengiming-imingi hadiah uang sebesar US$3000 (sekitar Rp 27 juta) kepada siapa saja yang bisa menemukan bug (cacat) pada program browsernya.
Ternyata, sayembara tersebut berhasil dimenangkan oleh seorang bocah 12 tahun asal Amerika Serikat bernama Alex Miller. Ia berhasil menemukan sebuah cacat kritis di memori saat program berjalan.
"Mozilla sangat tergantung dengan kontributor seperti dia untuk bisa bertahan," kata Brandon Sterne, Security Program Manager, Mozilla, dikutip dari situs San Jose Mercury News.
Menurut Sterne, sebagai organisasi nonprofit dan proyek open source, temuan terpilih Miller merupakan masukan berharga bagi Mozilla.
Alex sendiri memang merupakan pengguna loyal Firefox. Sebelumnya, ia pernah mencoba menemukan celah lain di Firefox, tapi temuannya kurang begitu besar. Ia pun berusaha lagi.
Alex menghabiskan 90 menit setiap hari di depan layar komputer memelototi setiap celah yang ada. Akhirnya pada hari kesepuluh, Alex mendapatkannya. Ia pun berhak menggamit hadiah uang itu.
Alex memang bukan anak sembarangan. Anak-anak seusianya biasanya masih duduk di kelas dasar. Sementara saat ini, Alex telah duduk di Grade 7 dan tengah menempuh tingkat persiapan Universitas.
Menurut Ibunya, Alex memahami pemrograman dengan mempelajarinya sendiri. Selain gandrung dengan komputer, Alex menyukai olahraga tepok bulu dan gemar memetik gitar.
Ia juga berdiskusi berbagai masalah politik seperti layaknya orang berusia 40 tahun. Alex pun tengah belajar bahasa Mandarin, dan ia juga berencana untuk turut dalam Olimpiade Fisika dengan membangun proyek sebuah robot.
Namun, mendapat hadiah cek US$3000 tak membuat anak kecil gelap mata. Ia justru mendonasikan sebagian hadiahnya untuk organisasi nonprofit penyayang binatang dekat rumahnya, Unconditional Love Animal Rescue. Ia juga berniat memberikan hadiah natal kepada keluarganya dari uang itu. Sisanya ia akan menabungnya ke Bank.
Yang jelas, Alex mengajarkan anak-anak seusianya, bahwa uang tak hanya bisa dicari dengan cara menyemir sepatu, atau pekerjaan yang kerap dilakukan anak-anak seusianya. Kini bocah seusia sekolah dasar juga bisa mencari uang dengan menguasai pemrograman komputer.

• VIVAnews